Berikut keterangan Syaikh Khalid bin Saud Al-Bulaihid,
إذا تيقنت المرأة نزول دم الحيض قبل الغروب ولو بزمن يسير
فسد صومها ووجب عليها قضاء ذلك اليوم لأن الحيض مانع من صحة الصوم
بالإتفاق.
Apabila seorang wanita yakin bahwa darah haid itu keluar sebelum
maghrib, meskipun hanya sesaat, maka puasanya batal dan wajib dia qadha puasa yang batal pada hari itu. Karena keluarnya haid termasuk pembatal puasa dengan sepakat ulama.Lanjut beliau,
أما إذا شكت هل نزل قبل الغروب أم بعده فالصوم صحيح ولا يؤثر ذلك الشك لأنه وقع بعد الفراغ من العبادة فلا حكم له والأصل بقاء الصوم
Kemudian, ketika terjadi keraguan, apakah darah haid ini keluar
sebelum atau sesudah maghrib, puasa tetap sah dan keraguan ini tidak
mempengaruhi keabsahan puasanya. Karena keraguan ini terjadi setelah
selesai ibadah, sehingga tidak dihukumi apapun. Sementara hukum asal
adalah puasanya sah.Alasan kedua,
وأنها أدت العبادة على وجه صحيح فلا تبطل بالشك لأن اليقين
لا يزول إلا بيقين مثله كما دلت السنة على هذا الأصل فلا نبطل العبادة
لمجرد احتمال.
Wanita ini telah melaksanakan ibadah puasa
sesuai aturan yang berlaku. Sehingga ibadah puasanya tidak bisa dinilai
batal disebabkan munculnya keraguan. Kaidahnya: Sesuatu yang yakin,
tidak bisa dihilangkan, kecuali dengan kondisi meyakinkan lainnya.
Sebagaimana disebutkan dalam hadis yang menjelaskan kaidah ini. Karena
itu, kita tidak boleh menghukumi satu ibadah statusnya batal, hanya
karena adanya kemungkinan.Alasan ketiga,
ولأن الأصل براءة ذمة المرأة فلا تكلف بالقضاء إلا بدليل
شرعي ولا دليل هنا. ولا يشرع تكرار العبادة على سبيل الاحتياط فإما أن تصحح
الأولى ويكتفى بها وإما أن تبطل لسبب ظاهر ويؤمر بالقضاء.
Hukum asalnya adalah tidak ada beban bagi wanita untuk qadha, kecuali
jika ada dalil yang syar’, sementara tidak dijumpai dalil dalam hal
ini. dan tidak disyariatkan untuk mengulang ibadah karena tujuan
hati-hati. Sehingga hanya ada 2 pilihan: puasa pertama dinilai sah, dan
tidak perlu diulang. Atau puasa pertama statusnya batal karena sebab
yang zahir dan dia wajib qadha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar